18.1.08

Rasa pada cinta yang tak berbatas...

Seperti melihat mentari dari jendela kamar
Yang pengap dengan kepulan asap
Dan jiwa yang terbakar

Aku rindu

Kekaguman itu sungguhlah syahdu
Pada kekuatan yg dari hatinya nyata terpancar
Mataku nanar

Dan semakin cinta aku semakin liar
Memujanya seolah hanyalah benar

Ohh… Tuhan
Cantiknya dan jiwaku terbakar

Dan hingga padam
Bibirku diam,
Terpana dalam lamunan tanpa ujar

-R-

Seperti hendak menggapai bintang
Dan angan itu mengkristal
Menjadi harapan nyata tuk mewujudkannya

Tentu saja aku mencintaMu ya Tuhan
Memimpikan tuk dapat duduk disampingMu
Dan aku kepadaMu selalu akan merindukan

Meski entah bila itu tak mudah
Kuhanya mencoba tuk tak gundah
Selalu berdo’a dalam rasa yang berubah2
Demi engkau,

Dan sajak ini biarlah kuanggap sebagai sebuah Sumpah!!!

-R-

Yang dulu gelap, Kini memutih
Dalam remang, masih merintih
Semoga kelam pun berangsur pulih
Dari hitam tanpa mimpi
Semoga menjadi cinta

Dan aku, ya Tuhan
Ijinkan aku tuk selalu dapat mengharapkanNya

-R-

Berdo’a…
Hanya berdo’a kepadaMu yang aku tak punya
Dan sedih ini seperti luka tanpa obat
Hanya memuja tanpa kata tuk bertobat

Mampukah…

Sedang malu kepadaMu pun ku tak punya
Hanya ragu dan seolah hendak menjadi raja
Dari diri, di bumiMu
Yang ku miliki
Hati ini hanya bisa selalu menangisi

-R-

Nibiru…!!!
Kapan janjimu kepadaKu
Hendak kau lunasi…

Tanpa memaksa, Ku hanya mengingatkan
Dan pergilah…
Nikmati saja semua dengan gundah
Di surgaKu
Yang tercipta untukMu teramat indah

-R-

Ahh… janganlah sampai dulu takdir ini
Kerna rumahMu hendak dulu kugapai
Dengan cinta, pada hatiMu
Dan Hatiku kubiarkan menjadi tergadai

-R-

Bila kudengar ada yg bercerita
Dari dia pencintaNya, sang kekasihMu
Yang baru saja berkunjung ke rumah Itu

Aku benciiii…!!!
Karena cinta itupun ingin kumiliki
Sendiri…
bersamaMu, dalam damai

-R-

Ahh.. ya Tuhan
Tidakkah rumahMu kejauhan
Dari ku meski hati ini mencoba tuk selalu berdekatan
Kapankah… hingga saat cinta itu dgn indahnya Kau hadirkan

-R-

Jakarta, 10 Januari 2008

Diatas sana…
Nanti kita hidup
Bersama air, udara… belajar kita hirup

Dan sepanjang takdir kita jalani dengan kuyup
Tak perlu menyesal
Tak perlu menghujat
Moyang kita tidaklah jahat
Hanya lengah
Dan karma ini terhadap dosa
Kita terima saja sebagai obat

-R-

Apa yang Kau lakukan terhadap bumi, ya Tuhan???
Kenapa Kau basahi berhari2 ia dengan hujan
Bagaimana nanti bila rumahku tenggelam, kebanjiran
Bagaimana bila sekolahku hancur berantakan???
Tidakkah kepada kami, Kau punya sedikit rasa kasihan???

Sabarlah anakKu!!!
Bukan karena murka, justru karena iba
Maka kotornya bumi ini sedang kucuci
Agar kelak ia menjadi lebih indah tuk kautinggali
Begitulah Kutunjukkan kepadamu…
Maha cintaKu yang suci!!!”

-R-

Hampir saja kita menjadi seperti ikan
Berenang gembira menimpai luka, kegirangan
Sepanjang hari ditengah dalamnya lautan
Saling teriak, kita bersahut2an
Hingga terengah, menangis kebimbangan

“hiks… aku telah lemah, badanku letih kecapaian
Dan marilah kita pulang kembali kedaratan kawan!!!”

“baiklah mari…
Tutuplah hidung, nyalakan insang
Kibaskan ekor dengan perlahan…
Tenggelam kita, kesana kedasar lautan…
Dimana disana kini berada, kita punya daratan”

-R-


::::::::::::::::::::::Selingkuh (pesanan dari seorang sahabat):::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Mari kita berbagi cinta, sedikit saja
Tak perlu berfikir
Karena rasa ini hanyalah mengalir
Dan entahlah bagaimana dengan seharusNya takdir…
Yang ada kalanya meluruh, jatuh
Lantas meninggi
Hingga kitapun saling mencintai

Ini bukan tentang kesetiaan
Tapi hanyalah luapan liarnya perasaan
Dan bunga ini hanya untukmu kekasihku

hisaplah madu itu sesukamu

Untuk dia???
Ahh… tak perlulah kau memikirkannya”

-R-

Kucinta langitmu, bumimu
Bulanmu dan kerlip indah bintangmu
Yang Nampak malu menyapaku
Dibalik cadar hatimu

Dan aku rindu kekasihku,
Pada buaian hangat itu
Yang melenakan sakitku
Di sela senja yang kelabu

Aku sadar ini cinta tak biasa
Satu rasa kau hadirkan dalam wujud yang berbeda
Kepadamu… dan kuhanya bisa terpesona

Ah… andai benar ini takdirku disudut sepi jiwaku yang lain
Tetaplah tak mudah bagiku tuk bersumpah…
Dan aku hanya mencoba…
Tuk mencintamu dari lahirku merajut mimpi
Tentang asa kita… hingga ke relung bathin

-R-

Jakarta, 04 Januari 2008

0 komentar: